Karena banwidth adalah kebutuhan !!!

June 27, 2007

Selamat jadi orang ANEH…..

Filed under: Tentang Hidup .... — mpiq @ 5:57 pm

“Dunia memang aneh”, gumam Pak Ustadz
“Apanya yang aneh Pak?” tanya penulis yang fakir ini.
“Tidakkah antum perhatikan disekeliling antum, bahwa dunia menjadi terbolak-balik,
tuntunan jadi tontonan, tontonan jadi tuntunan, sesuatu yang wajar dan seharusnya
dipergunjingkan, sementara perilaku menyimpang dan kurang ajar malah menjadi pemandangan biasa”

“Coba antum rasakan sendiri, nanti Maghrib, antum kemasjid, kenakan pakaian yang paling
bagus yang antum miliki, pakai minyak wangi, pakai sorban, lalu antum berjalan
kemari, nanti antum ceritakan apa yang antum alami” Kata Pak Ustadz.
Tanpa banyak tanya, penulis melakukan apa yang diperintahkan Pak Ustadz, menjelang maghrib, penulis bersiap dengan mengenakan pakaian dan wewangian dan berjalan
menuju masjid yang berjarak sekitar 800m dari rumah.

Belum setengah perjalanan, penulis berpapasan dengan seorang ibu muda yang sedang jalan-jalan sore sambil menyuapi anaknya”
“Aduh, tumben nih rapih banget, kayak pak ustadz, mau kemana sih ? tanya ibu muda itu.
Sekilas pertanyaan tadi biasa saja, karena memang kami saling kenal, tapi ketika dikaitkan
dengan ucapan Pak Ustadz diatas, menjadi sesuatu yang lain rasanya;

“Kenapa orang yang hendak pergi kemasjid dengan pakaian rapih dan memang semestinya
seperti itu ditumbenin ?
Kenapa justru orang yang jalan-jalan dan ngasih makan anaknya ditengah jalan, ditengah
kumandang adzan maghrib menjadi biasa-biasa saja ?
Kenapa orang ke mesjid dianggap aneh? Orang yang pergi ke mesjid akan terasa
“aneh” ketika orang-orang lain justru tengah asik nonton sinetron “intan”.
Orang ke mesjid akan terasa “aneh” ketika melalui kerumunan orang-orang yang sedang
ngobrol dipinggir jalan dengan suara lantang seolah meningkahi suara panggilan adzan.
Orang kemasjid terasa “aneh” ketika orang lebih sibuk mencuci motor dan mobilnya yang kotor
kehujanan.

Ketika hal itu penulis ceritakan ke Pak Ustadz, beliau hanya tersenyum, “Kamu akan banyak menjumpai “keanehan-keanehan” lain disekitarmu” , kata Pak Ustadz.
“Keanehan-keanehan” disekitar kita ? Cobalah ketika kita datang kekantor, kita lakukan
shalat sunah dhuha, pasti akan nampak “aneh” ditengah orang-orang yang sibuk sarapan,
baca koran dan ngobrol.
Cobalah kita shalat dhuhur atau Ashar tepat waktu, akan terasa “aneh”, karena masjid masih
kosong melompong, akan terasa aneh ditengah-tengah sebuah lingkungan dan teman yang biasa shalat diakhir waktu.

Cobalah berdzikir atau tadabur al qur’an ba’da shalat, akan terasa aneh ditengah-tengah orang
yang tidur mendengkur setelah atau sebelum shalat. Dan makin terasa aneh ketika lampu mushola/masjid harus dimatikan agar tidurnya tidak silau dan nyaman.
Orang yang mau shalat malah serasa menumpang ditempat orang tidur, bukan malah  baliknya, yang tidur itu justru menumpang ditempat shalat. Aneh bukan ?

Cobalah hari ini shalat jum’at lebih awal, akan terasa aneh, karena mesjid masih kosong,
dan baru akan terisi penuh manakala khutbah kedua menjelang selesai.
Cobalah anda kirim artikel atau tulisan yang berisi nasehat, akan terasa aneh
ditengah-tengah kiriman e-mail yang berisi humor, plesetan, asal nimbrung, atau sekedar
gue, elu, gue, elu dan test..test, test saja.

Cobalah baca artikel atau tulisan yang berisi nasehat atau hadits, atau ayat al qur’an,
pasti akan terasa aneh ditengah orang-orang yang membaca artikel-artikel lelucon, lawakan
yang tak lucu, berita hot atau lainnya.
Dan masih banyak keanehan-keanehan lainnya, tapi sekali lagi jangan takut menjadi orang
“aneh” selama keanehan kita sesuai dengan tuntunan syari’at dan tata nilai
serta norma yang benar.

Jangan takut “ditumbenin” ketika kita pergi kemasjid, dengan pakaian rapih, karena itulah yang
benar yang sesuai dengan al qur’an (Al A’raf:31)
Jangan takut dikatakan “sok alim” ketika kita lakukan shalat dhuha dikantor, wong itu yang lebih baik kok, dari sekedar ngobrol ngalor-ngidul gak karuan.
Jangan takut dikatakan “Sok Rajin” ketika kita shalat tepat pada waktunya, karena memang
shalat adalah kewajiban yang telah ditentukan waktunya terhadap orang-orang beriman.
Maka apabila kamu Telah menyelesaikan shalat(mu), ingatlah Allah di waktu berdiri, di
waktu duduk dan di waktu berbaring. Kemudian apabila kamu Telah merasa aman, Maka Dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa*).

Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman. (Annisaa:103)*
Jangan takut untuk shalat jum’at dishaf terdepan, karena perintahnya pun bersegeralah. ….
Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat Jum’at, Maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli (1475), yang demikian itu lebih
baik bagimu jika kamu Mengetahui. (Al Jumu’ah:9) [1475] Maksudnya: apabila imam Telah
naik mimbar dan muazzin Telah azan di hari Jum’at, Maka kaum muslimin wajib bersegera
memenuhi panggilan muazzin itu dan meninggalakan semua pekerjaannya.

Jangan takut kirim artikel berupa nasehat, hadits atau ayat-ayat al qur’an, karena itu adalah
sebagian dari tanggung jawab kita untuk saling menasehati, saling menyeru dalam kebenaran, dan seruan kepada kebenaran adalah sebaik-baik perkataan;
*Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah*, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: ” Sesungguhnya Aku termasuk orang-orang
yang menyerah diri ?” (Fusshilat:33)

Jangan takut artikel kita tidak dibaca, karena memang demikianlah Allah menciptakan ladang
amal bagi kita. Kalau sekali seru, sekali kirim artikel lantas semua orang mengikuti apa yang kita serukan, habis donk ladang amal kita….
Kalau yang kirim e-mail humor saja,gue/elu saja, test-test saja bisa kirim e-mail setiap hari,
kenapa kita mesti risih dan harus berpikir ratusan atau bahkan ribuan kali untuk saling
memberi nasehat,aneh nggak sih ?
Jangan takut dikatain sok pinter, sok menggurui, sok tahu, lha wong itu yang disuruh kok,
“sampaikan dariku walau satu ayat”

Jangan takut baca e-mail dari siapapun, selama e-mail itu berisi kebenaran dan bertujuan untuk
kebaikan. Kita tidak harus baca e-mail dari orang-orang terkenal, e-mail dari manajer atau dari
siapapun kalau isinya sekedar dan ala kadarnya saja, atau dari e-mail yang isinya asal kirim
saja.

Mutiara akan tetap jadi mutiara terlepas dari siapapun pengirimnya. Pun sampah tidak akan
pernah menjadi emas, meskipun berasal dari tempat yang mewah sekalipun.
Lakukan “keanehan-keanehan” yang dituntun manhaj dan syari’at yang benar.

Jangan takut mengatakan perkataan yang benar (Al Qur’an & Hadist), meskipun akan terasa
aneh ditengah hingar bingarnya bacaan vulgar dan tak bermoral. Lagian kenapa kita harus takut disebut “orang aneh” atau “manusia langka” jika memang keanehan-keanehan menurut pandangan mereka justru yang akan menyelematkan kita.

Selamat jadi orang aneh …. 😀

June 24, 2007

Karir, kemapanan dan AGAMA ………

Filed under: Tentang Hidup .... — mpiq @ 5:37 pm

Karir…….

Definisi pastinya sih saya ga tau tentang karir, tapi yang pasti identik dengan kemapanan ekonomi. Tapi terkadang miris aja kalo akhirnya Karir lebih diutamakan dibandingkan dengan agama yang kita anut. Knapa begitu ??

Banyak orang rela melakukan apa saja demi Karir, tapi sangat sedikit orang mau melakukan apa saja demi agama. Bahkan banyak orang yang menjadikan karir sebagai dasar hidup, sehingga terkesan kalo ga ada karir, ga bisa hidup. Begitu pula masih banyak orang yang tidak mau karirnya diputus begitu saja demi agama, lha apa contohnya ??

Menikah….. adalah salah satu tuntunan agama, jadi ketika pilihan menikah itu sudah kita tentukan, segala macam diluar aturan agama seharusnya bisa dikesampingkan. Laki-laki adalah kepala keluarga, dia yang bertanggung jawab dengan keadaan keluarga dan rumah tangga, sedangkan wanita adalah sebagai penjaga gawang dalam bahtera rumah tangga, menjaga martabat keluarga, oleh sebab itu kenapa disebut dalam agama itu “WANITA ADALAH TIANG AGAMA”.

Nah, ketika wanita yg memiliki karir (sebut saja kemudian wanita karir) harus menikah, banyak yang mengira ini adalah pilihan berat. Ketika sang suami menuntut istri untuk dirumah mengurus anak, sedangkan sang istri memiliki karir yang cemerlang, hal ini bisa menjadi sesuatu yang meruntuhkan agama karena akan menjadi masalah dalam keluarga ketika sang istri menolak…. Ya, menolak karena karirnya tidak mau terputus yang tentu saja dengan alasan ekonomi dan bla bla bla…. Jadi bukan hal yang aneh ketika akhirnya perceraian menjadi jalan terakhir karena sang istri merasa mampu untuk mengurus dirinya sendiri dengan karirnya itu. Sedangkan dalam tuntunan agama bercerai itu adalah hal yang di benci Allah. Tapi pilihan itu sering menjadi pilihan karena alasan “duniawi” toh si wanita karir bisa mancari pasangan lain yang berada diatas derajat karirnya, padahal usia “karir” cuma sampe lubang kubur aja, ya paling si bos dan pejabat yg nganter kita sampe kuburan, trus karir itu otomatis hilang dan berganti dengan pertanggungjawaban perbuatan selama di dunia….. Subhanallah….

Emansipasi wanita….. siapa sih yang menciptakan ??

Saya ngga tau pasti, yang jelas dalam ISLAM tidak ada hal tersebut. Allah membuat semua perbedaan itu, karena pasti ada alasannya dan kita tidak bisa mempertanyakan itu kepada Allah, sebagian alasan itu ada dalam Al-Qur’an…. Dan yang jelas, saya adalah salah satu manusia yang menolak Emansipasi Wanita, karena dalam kodratnya wanita tidak bisa melebihi laki2 dalam hal tertentu… misalnya menjadi pemimpin agama. Mengapa demikian, karena sangat banyak kelemahan yang dimiliki wanita, terkadang sang wanita tidak pernah mau mengakui atas keterbatasan2 tersebut… saya tidak bisa jelaskan apa kekurangan itu, tapi yang pasti Allah memiliki alasan yang tepat untuk meng-kodratkan wanita selalu dibawah laki2.

Menjalani dunia tidak berbeda jauh dengan kita menjalani ibadah, karena hal2 yang kita lakukan di dunia adalah ibadah. Dalam shalat berjamaah misalnya, selagi masih ada laki2 disitu, maka laki2 itu harus menjadi Imam dalam sholat berjamaah itu, meskipun laki2 itu ga pinter agama, ga jago baca qur’an dan ga bisa menghafal ayat, padahal didalam jamaah itu ada wanita yg bergelar “Ustadzah” yang artinya pemahaman agamanya melebihi laki2 tersebut…. Tapi apa bisa “Ustadzah” tersebut jadi imam ??

Itu adalah kenyataan, bahwasanya Allah menciptakan laki2 lebih dari wanita, oleh karenanya beban tanggung jawab laki2 sangat besar dibandingkan oleh wanita…

Namun, laki2 pun harus tau diri dengan kodratnya dia yang memiliki tanggung jawab besar. Dalam hal ini banyak pula kasus laki2 yang ga tau diri atas tanggung jawab ini. Oleh sebab itu, agama adalah dasar hidup dari setiap orang. Jika laki2 memahami agama yang dianut, maka dia pasti akan memahami dan menjalankan tanggung jawab dia dengan kodratnya sebagai laki2.

Yah, karir terkadang menutup mata kita terhadap dasar hidup yang sebenarnya, hal ini berlaku bagi laki2 dan wanita. Ketika karir laki2 diatas segalanya, banyak perbuatan yang menzalimi wanita (istrinya). Akhirnya tanggung jawab terhadap keluarga hilang atau terbengkalai.

Kembali ke karir, yang identik dengan kemapanan hidup. Sedangkan kemapanan hidup itu bagi saya bukanlah jaminan seseorang untuk bahagia. Agama saya mengharuskan umatnya untuk memiliki harta berlebih, fungsinya adalah untuk kontrol sosial, dengan umat yg berlebihan, maka akan bisa membantu umatnya yg kekurangan sehingga kesejahteraan bisa terjalin dan dialami oleh semua umat, dengan harta berlebih bisa lebih banyak beramal untuk kesejahteraan bersama. Memiliki harta berlebih tanpa dasar agama, hal ini yang berbahaya, saya ga mau jelaskan ini, karena gak perlu dijelaskan juga pastinya pembaca sudah tau apa itu.

Karir, juga bisa mempengaruhi pilihan dalam hidup. Ketika seseorang memilih pasangannya untuk menjalani hidup bersama, terkadang karir selalu menjadi hal yang terdepan dibandingkan dengan agama. Dan disini sebetulnya peran orang tua yang bijaksana bisa terlihat. Orang tua yang bijaksana akan lebih melihat sisi agamis terlebih dahulu dibandingkan sisi karir.

Orang tua yang bijak akan lebih mementingkan hukum agama dibandingkan hukum dunia. Orang tua yang bijak biasanya akan menyuruh anaknya cepat menikah jika sudah menentukan pasangannya daripada harus menunggu ngumpulin duit buat bikin pesta pernikahan. Karena pernikahan yang sah itu adalah saat kita Ijab Kabul didepan penghulu dengan prasyarat yang ditetapkan dan sesuai dengan hukum agama yaitu mas kawin dan saksi, bukannya dengan harus memberi uang puluhan hingga ratusan juta kepada calon mertua buat bikin pesta pernikahan….

Seorang sahabat berkata… “Realistis donk, emang kamu mau kasih makan apa anak orang ntar ??”

Yess, i knew that… Tapi apakah kita harus memaksakan sisi realistis dibandingkan sisi agama yg sesungguhnya sangat lebih penting dan menurut saya itulah yang paling penting ??

Masalah makan, itu sudah menjadi tanggung jawab bersama, karena saat saya menentukan untuk melangkah ke jenjang ini, tentu saja semua resiko harus ditanggung bersama keduabelah pihak, dan saya yakin ALLAH tidak akan tidur dalam hal ini, karena apa yang kita lakukan untuk keyakinan kita kepada ALLAH semata….

” Menikahlah kamu jika telah memilih pasangan hidup, jangan engkau takut dengan Rizki-KU ”

Kenyataannya saya banyak melihat dari keluarga saya yang sederhana sampai sahabat2 saya yang hidup sederhana bahwa menikah dengan keyakinan karena ALLAH terbukti pintu rejeki mereka tidak pernah tertutup, apalagi jika telah memiliki anak…. ada yang bilang itu adalah “rejeki anak”….. who else 🙂

Dan yang utama adalah restu orang tua yang berdasarkan atas agama, bukan berdasarkan atas karir, kemapanan dan realitas…. Disini memang pihak orang tua harus menyikapi dengan bijak, karena masa depan anaknya akan menjadi tanggung jawab anaknya itu sendiri….. (Dear, smoga nanti klo kita jadi orang tua harus sangat bijaksana dalam hal ini yahh…)

Harta, karir dan segalanya masih bisa diwujudkan dengan segala hal, namun kadang kita selalu ditutup mata dengan hal yang disebut “realistis” tadi. Padahal kalo kita melihat lebih kebawah, ada kok yang menikah di depan ustadz yang ga dibayar karena mereka ga mampu membayar, masih banyak orang menikah dengan pesta seadanya karena mengutamakan sisi agamis dan tanggung jawab umat kepada Allah (hablum-minallah)…

Namun sayang disayang, masih banyak di jaman ini orang tua yang lebih malu sama orang lain dibandingkan untuk malu kepada Allah, sehingga dengan alasan bukti tanggung jawab, tradisi keluarga dan bla bla bla yang lain, selalu ada tuntutan kepada calon menantu seperti harus nyiapin uang puluhan juta, harus pake adat ini, harus ngundang ini, nikah di gedung ini, dan bla bla bla lain yang macem2.

Sebagai laki2 yang akan menjadi calon suami, tentu saja hal itu sudah terpikirkan. Pernikahan tentunya harus ijab kabul, membawa mas kawin, terdapat saksi dan ada yang men-sah-kan, itu hukum wajibnya. Sedangkan Walimah (resepsi) hukumnya sunnah, oleh karenanya bisa dilakukan jika memiliki harta yang berlebih, namun tentunya bukan dengan cara yang berlebihan.

Tapi lucunya di jaman ini, kalo hukum wajibnya (yaitu menyediakan mas kawin) justru ngga seberapa….. kita bisa lihat kebanyakan mas kawin adalah seperangkat alat shalat & qur’an (yang mungkin ga pernah diamalkan karena ga pernah solat dan ngaji) yang harganya umumnya ga sampe 1 juta atau mas kawin dibikin nyeleneh misalnya dengan uang Rp. 9.999 yang mungkin angka itu berarti bagi pasangan tersebut atau hal2 aneh lainnya, padahal menurut hukumnya mas kawin itu adalah wajib dan nantinya dipertanggungjawabkan dimata Allah.

Sedangkan kalo hukum sunnah-nya (Walimah / resepsi) bisa menghabiskan biaya puluhan hingga ratusan juta, yang seharusnya biaya itu bisa dipakai untuk menjalani bahtera rumah tangga, tapi ludes cuma untuk mengerjakan hal yang sunnah dan malahan lebih sering menjadi beban rumah tangga karena biasanya memaksakan walimah / resepsi ini dengan berhutang….

Yahhh…. mungkin ini hanya sekedar tulisan tanpa arti ditengah hiruk pikuknya kebutuhan manusia dalam hidup, yang pasti sepertinya kemapanan hidup selalu menjadi tokoh utama. Sebuah fenomena aneh bagi saya, tapi mungkin saya yang disebut aneh oleh orang2 yg meng-agungkan kemapanan hidup sebagai “agama #1″……

Saya juga bingung euy knapa saya tiba2 pengen nulis beginian…… hehehehehehe 😀

April 9, 2007

“Takdir” & “Bukan Takdir”

Filed under: Tentang Hidup .... — mpiq @ 10:25 pm

Seorang sahabat belia bertanya kepada saya lewat YM dan meminta opini saya tentang GAY, apakah itu takdir atau bukan ??

Saya menjawab :

Allah tidak akan memberikan takdir umat-Nya dengan suatu hal yang buruk. Saya katakan itulah “intinya”, sungguh kita tidak boleh menjustifikasi bahwa Allah memberi takdir seperti sedemikian rupa…. Selalu ada solusi, selalu ada jalan dan selalu ada usaha yang harus dicapai tak lepas dari do’a kita kepada-Nya.

Lalu pertanyaan berlanjut, apakah kaum GAY tersebut menjadi “biasa” karena hidup dikota besar seperti Jakarta ?

Saya kembali jawab :

Itulah sebabnya mengapa mereka “tidak bisa sembuh”, mereka tidak berusaha untuk “sembuh” tetapi malahan mencari “teman” dalam satu komunitas, mencari pengakuan akan ketidaknormalan-nya. Bukan mencari jalan keluar dari solusi yang dihadapi, tidak bertanya kepada dirinya sendiri apa yg terjadi dengan perilakunya tersebut.

Sahabat belia saya menjawab ” done… I accepted ur opinion, thats the real thing…

Dan pagi ini saya begadang lagi, berfikir tanpa bisa tidur. Berdebar-debar menunggu saat-saat “The PRECIOUS MOMENT” 5 hari lagi. Ya, 5 hari lagi saya akan menjalani rasa paling mendebarkan dalam hidup saya, juga paling membahagiakan… dan bertanya dalam hati… ” inikah takdir saya, bersama dia-kah takdir saya… Sungguh Allah Maha Adil dan Sayang Umat-Nya jika memang ini AKHIRNYA menjadi TAKDIR saya…. ”

Sahabat….. terima kasih semuanya, dengan dukungan kalian, dengan cacian kalian, dengan amarah kalian dan juga dengan Doa kalian akhirnya saya bisa keluar dari lingkaran yang selama ini membuat hidup saya terpuruk, hingga bisnis saya nyaris hancur…..

Ya Allah, terima kasih Engkau telah mendengarkan semua Doa Orang Tua-ku, juga doa-doa ku di malam panjang yang sering ku lalui. Akhirnya engkau telah mengirimkan sesosok Dewi yang harus aku jaga, aku lindungi, aku sayangi dan aku cintai hingga ajal memisahkan kami berdua….

Ya Allah, terima kasih Engkau telah memberi kami berdua KEYAKINAN untuk memujudkan TAKDIR yang engkau gariskan. Bersama keyakinan ini kami akan menjalani semuanya untuk mengikuti garis hidup yang Engkau berikan pada kami. Insya Allah kami tidak akan pernah mengecewakan-Mu dalam kami menjalani hidup ini berdua.

Kami berdua akan menjalani hidup ini untuk menjadi TAKDIR-Mu …….

Create a free website or blog at WordPress.com.